Merajut Kisah Sukses UMKM Sinar Puinlam Kaenka (SPK) Melalui Pameran di Desa Tune

Gambar
  SPK Desa Tune: Merajut Kisah Sukses UMKM Melalui Pameran Desa Tune, Kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, memiliki segudang potensi, terutama dalam bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Salah satu wadah yang menaungi potensi tersebut adalah Sinar Puinlam Kaenka (SPK). SPK secara konsisten mempromosikan produk-produk unggulan desa melalui pameran-pameran yang telah diikuti sejak tahun 2013. Perjalanan SPK dimulai dengan pameran tenun pada tahun 2013, bertepatan dengan kegiatan Budidaya Lebah Madu Melifera di Desa Tune. Tenun yang dipamerkan merupakan hasil karya mama-mama di desa tersebut. Semangat untuk memamerkan produk lokal berlanjut pada tahun 2015, di mana masyarakat kembali memamerkan tenun pada acara Peresmian PAMSIMAS. Pada tahun 2016, SPK berpartisipasi dalam pameran yang diselenggarakan dalam rangka kunjungan Hellen Keller Internasional di Desa Tune. Setahun berikutnya, pada 2017, masyarakat Desa Tune mengisi pameran pada Festival Budaya di Muiksusu ...

Agustinus Baun dalam cerita Singkat Kuatae dan Bubneo




Gambar: Agusthinus Baun  dan     Arid Oematan                  



Tempat perjanjian antara To Alekmusu Oematan dari Nunbena dan Sani Oematan dari Tobu tentang Lilo Liem dan Baki Oematan karena sebelumnya saudari p erempuan mereka tinggal di Nunbena (a'nolo) bersama suaminya Lilo Liem namun orang-orang di sekitar tidak suka pada mereka karena dianggap memiliki kekuatan sihir. Kebetulan saat itu bertepatan dengan wabah penyakit (disebabkan oleh hama) pada tanaman jagung, singkong dan padi yang membuat bagian daun menguning (Pena none molo, ane none molo, ma laku none molo) tetapi orang-orang disekitar tetap menuduh Lilo Liem dan Baki Oematan sebagai peyebabnya. Berdasarkan hal tersebut maka Lilo Liem memutuskan u ntuk pergi meninggalkan Nunbena bersama isterinya Baki Oematan. Terdengarlah di telinga Sani Oematan di Bijaepunu bahwa Lilo Liem sudah berangkat bersama saudara perempuannya, maka Sani berangkat dan berusaha mengikuti dan bertemu mereka di Lelofui selama tujuh hari lamanya, karena tujuan Lilo dan Baki ke Boenam Kaubasu, tempat faot Kuata'e

kanaf atau batu marga Liem berada. Sani tersebut menanyakan kepada mereka tujuan apa sehingga ia meninggalkan Nunbena, Lilo bersama isterinya Baki menceritakan keadaan mereka di sana. Mereka meminta kepada Sani untuk mereka tinggal di Kaubasu namun Sani tidak mengindahkan permintaan mereka, Sani membawa mereka dan tinggal di Saijaob sekarang desa Saubalan tetapi sangat jauh dengan kediaman Usif Sani maka dibawalah mereka ke bukit batu Fatukbat namun sesampainya mereka di tempat itu ternyata tidak strategis untuk tinggal lalu Usif Sani membawa mereka lagi ke Bubneo dan menetap di sana. Di Bubneolah Lilo Liem dan Baki Oematan melahirkan 4 orang anak perempuan yaitu Neon Liem, Kau Liem, Eta Liem dan Kusi Liem.Beberapa tahun Usif To Alekmusu Oematan di Nunbena merasa kehilangan saudarinya Baki Oematan dan dia juga sudah mendapat informasi tentang keberadaan Lilo dan Baki yang telah diamankan dan dilindungi oleh adiknya Usif Sani, tetapi saat itu Sonaf masih jauh di Bijaepunu. Usif Nunbena berinisiatif datang bertemu atau menjenguk saudara perempuan (feotnai) Baki, namun sekaligus merasa sungkan terhadap adiknya Sani karena perihal tuduhan memiliki kekuatan sihir tadi. Maka diberikanlah undangan dari Nunbena kepada Usif Mutis yang adalah saudara perempunnya bersama Amaf-Amaf T sun Tunmuti-Nuel Tapatab untuk bersama-sama pergi ke Usif 

Sani Oematan. Usif Mutis bersama Amaf-Amafnya menerima undangan Usif Nunbena, kemudian mereka datang bertemu Usif Sani Oematan di Bijaepunu dengan pendekatan adat bahwa akan ada kesepakatan tentang keberadaan saudara mereka Lilo Liem dan Baki Oematan. Perkataan ini diterima oleh rombongan dari Nunbena, maka Usif Sani Oematan menerima rombongan Usif Nunbena dan berkata demikian: “Saya menerima permintaan kakak selaku Usif Nunbena dan pergilah ketempat Sunbanu.  Sampaikan kepada Meo Fallo Mamo bersama Lilo Liem dan Baki Oematan untuk menunggu sa ya di sana.” Sesampainya rombongan Nunbena di tempat Sunbanu, U sif  Sani pun mengundang seluruh Amaf-Amaf yakni Tfui (T afui), Sunbanu, Seko dan Baun untuk mengikuti Usif Nunbena, s esampainya mereka di Sunbanu mereka duduk dan b ermusyawarah terhadap keberadaan saudara perempuan mereka dan suaminya. Lama kemudian karena musyawarah ini belum menuai hasil, maka usif Nunbena mengatakan: “Am tok hemimolok in uaban heleka uaben bubkon na au uhin, au saon I he unaneokuk.” Yang artinya, “Silakan berembuk dan saya menunggu hasilnya.” Dari musyawarah inilah sejumlah kerbau diperoleh yang a kan diberikan kepada Usif Nunbena karena Baki Oematan sudah ditemui dan mendiami Bubneo dekat dengan Usif Sani. 

Lama kemudian Usif Sani berpikir karena jarak Bijaepunu jauh dengan Bubneo maka ia memutuskan datang dan membangun Sonaf di Tapenpah kemudian menamai tempat itu Tobu. Usif Nunbena sengaja jalan-jalan untuk menunggu hasil m usyawarah Usif Bijaepunu bersama para Amaf maka d itemuilah sebuah bukit kecil yang tinggi 100 meter dari permukaan tanah di dekat gunung batu Panab, munculah ide untuk menyuruh Lilo Liem dan Baki Oematan tinggal di bukit tersebut agar dapat terhindar dari serangan musuh karena pada saat itu belum ada manusia yang mendiami tempat ini dan tempat itu cukup strategis untuk mengintip musuh yang datang. Maka pergilah Usif Oematan dan mengecek seluruh kerbau mana yang gemuk dan yang tidak. Kerbau tersebut adalah hasil dari musyawarah untuk menandakan keberadaan saudara Baki tersebut dan berkata; “Biarlah Baki dan Lilo mendiami bukit Bubneo dengan membuat tempat tinggal di atas puncak sampai Usif Nunbena dan Tobu bersama para Amaf duduk bersama barulah kalian turun dari bukit Bubneo.” “Maut baki mok ni lilo usaeb aenki neo fatumnanu bubneo ma haumnanu bubneo of homubiabom al mok kol fuj ma maon fuj.” “Saat ini pun kalian memiliki hak berupa tanah ulayat dan memiliki batas mulai dari Oel Utkaut - Eon Mahuma - Nono Unsin- Fatumtasa- Me afu- Nua Ke'an- Besakloet'in- Mnesat tune- Nifu Bilelan- Nono Bita'e- Besteto- Nun Sena- Bnoko Beos- Nono 
 
Kabuk'in- Nambuas- Noel Bisuni – Mutis. Ini sebagai taman penguasaan Baki Oematan (po-po'an, pen sajan ma po pena naes) pembagian hak ulayat ini dengan saudara perempuan raja (feotnai) Biloka Oematan dan Bisbot Oematan.” Saat itu juga Amaf Tafui mengambil sebuah senjata meriam (kenat bok malit) dan serahkan kepada Lilo dan Baki dan meng atakan: “Terimalah ini sebagai alat untuk mengamankan diri dan bila ada keributan berupa musuh yang datang menyerang di w aktu siang atau malam.  Inilah alat penjaga yang harus kamu gunakan karena kami jauh di Bijaepunu.” “Siuman kenat i baki henati skek sa no faj ai manas mautum ampake he muneo ho monim.” Di saat yang sama Amaf Sunbanu juga memberikan meriam kepada marga Fallo dan Mamo sebagai prajurit untuk Baki Oematan sehingga sampai saat ini meriam tersebut masih t ersimpan di rumah adat Fallo dan Mamo. Sunbanu sebagai nama t empat perjanjian Usif Nunbena dan Tobu terhadap saudarai p erempuan Baki Oematan diganti dengan nama Kuatae. K emudian Fallo dan Mamo tinggal dan membangun benteng di K uatae karena mau mengawali Baki Oematan.   “A'ini fatu pene a'bone fatu pene.” Kuata'e sendiri artinya tempat bersepakat. Tempat Usif T o Alekmusu Oematan dan Usif Sani Oematan melakukan k esepakatan.

Kemudian datanglah Feotnai Usif Kono dari Miomafo b ernama Tefa Kono bersama suaminya Paen Anin, mereka menetap pertama kali di Oel Leolkase kemudian pindah ke Batub dan berpindah lagi di A'ne'ut dan di tempat inilah pao tenu pertama kali dimunculkan. Beberapa saat kemudian raja Kono dan Oematan melihat s audara-saudara berkumpul yakni Bi Mese: Tef Kono dan Bikaunan (Baki Oematan) ―Feot bi mese ma feot bikaunan. Tempat yang disapa beskek lalon ajaobe klalon: pintu ini baik lewat Bi Mese Bi Kaunan. Tef Kono kemudian datang ke t empat ini, sementara Anone menikah dengan perempuan dari t urunan Bi Mese yang kemudian melahirkan Anin Anone. Sedangkan feot Bi Kaunan itulah Olla Anone. Lalu Bi Mese dari Batub dan turun ke A'ne'ut memberi k eturunan bagi Paen Anin. Setelah sampai turunan keempat maka Amaf  Liem, Ba'un, Olla dan Anone datang dan menanam sirih di pohon sengon (anka'i) yang bercabang dua. Satu cabang mengarah ke Miomafo, sementara cabang lainnya menuju Nunbena.  Sekalian ditanam juga 4 pohon pinang dua pohon untuk Miomafo dan dua lainnya untuk Nunbena. Mereka mengatakan jika bunyi nairi terdengar dari Leomnam Nu'naun ambil pinang dan sirih bagian Miomafo, kalau bun yi nairi dari Napjam Tunbes ambil di bagian Nunbena. Yang menjag a tanaman sirih dan pinang ialah Bi Mese dan Bi Kaunan. T empat ini menunjukan Raja Miomafo dan Raja Oematan datang dengan alas kuda berisi bekal perjalanan dan selimut bila mereka ingin tidur telah tersedia diantara dua Feotnai yaitu Bi Mese dan Bi Kaunan (nai hatas ma naipaot neo moen molos ma moen meomafos). Silsilah keturunan empat Raja Oematan membagi wila yah: To Alekmusu Omatan di Nunbena, To Lukemntasa di Netpala, Sani Oematan di Tobu dan Tasaeb Oematan di Besana. 

Seperti dituturkan oleh Agus Baun kepada Arit Oematan
1 April 2019

Apaot anbi Beskeklalon ma Ajaobeklalon


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pe'Ot ai Nu'an Ume Puinlam Kaenka

Kesaksian Tanah Suku Mamoh

Pelatihan Pengelolaan Ekonomi Tumah Tangga